Yang Berziarah Tak Selalu Berdoa

Berita38 Dilihat

“Bangsa ini merindukan ketenangan, bukan kegaduhan baru. Ketenangan Gibran adalah contoh bahwa kekuatan seorang pemimpin tidak terletak pada suaranya yang lantang, tapi pada hatinya yang lapang,” kata Romadhon Jasn, menyindir lembut gaya Roy dan dr. Tifa yang seolah menjadikan makam sebagai panggung kampanye moral pribadi.

Dunia maya pun terbelah sebagian tertawa, sebagian mengelus dada. Tapi di antara semua reaksi, ada rasa bangga yang muncul: ternyata masih ada pejabat yang mampu menahan diri. Gibran tidak hanya menjaga nama keluarga, tetapi juga menjaga martabat jabatan wakil presiden dari godaan politik murahan.

“Kita mesti berterima kasih pada ketenangan Gibran. Ia tidak menyalakan api, tapi menyalakan teladan. Itulah cara baru memimpin di tengah bisingnya zaman,” ucap Romadhon Jasn, memberi apresiasi atas sikap Wapres yang dianggap dewasa dan menentramkan.

Dalam suasana politik yang mudah panas, sikap seperti itu adalah kemewahan moral. Mungkin, dari semua yang berziarah, hanya sedikit yang benar-benar berdoa. Dan di antara mereka, justru Gibran yang diam yang paling didengar. “Kebesaran tak selalu berteriak; kadang ia hanya menunduk dan tersenyum,” tutup Romadhon Jasn.