Putin, usai parade, menggelar pertemuan resmi dengan Kim. Media Rusia melaporkan Kim berjanji “melakukan segala hal” untuk membantu Moskow, bahkan menyebut dukungan itu sebagai “tugas persaudaraan”. Korea Selatan mengeklaim sekitar 15 ribu tentara Korea Utara telah ditempatkan di Rusia sejak perjanjian militer tahun lalu.
Tak lama bersamaan, Rusia melancarkan serangan udara besar-besaran ke Ukraina yang melukai sejumlah pekerja kereta api dan membuat Polandia harus mengerahkan jet tempurnya.
Selain Putin dan Kim, parade juga dihadiri Presiden Iran Masoud Pezeshkian dan pemimpin junta Myanmar Min Aung Hlaing. Tak ada pemimpin besar barat yang datang. Presiden AS Donald Trump hanya memberikan komentar sinis melalui akun Truth Social miliknya dengan menyebut ketiga pemimpin itu “sedang berkonspirasi melawan Amerika Serikat”.
Bagi banyak pengamat, parade ini tidak hanya soal peringatan perang dunia, tetapi juga ajang diplomasi kekuatan. “Anda memilih senjata apa yang ditampilkan, dan itu adalah pesan politik,” kata Jennifer Parker, analis pertahanan di UNSW Canberra.
Xi menutup pidatonya dengan menyebut parade sebagai bagian dari “rejuvenasi bangsa Tiongkok” visi besar Partai Komunis untuk menjadikan Tiongkok sebagai kekuatan global penuh, termasuk klaim terhadap Taiwan yang ditolak keras oleh rakyat dan pemerintah pulau itu.