Langkah berikutnya bisa mencakup sanksi tambahan hingga peningkatan dukungan militer ke Ukraina. “Trump sudah menyatakan siap menjual senjata sebanyak mungkin ke Eropa untuk disalurkan ke Ukraina. Dulu dia tidak bilang begitu. Ini sudah jadi pandangan dunia yang berbeda,” imbuh Podolyak.
Kunjungan Witkoff ke Moskow akan menjadi yang pertama sejak retorika Trump terhadap Rusia mengeras. Sebelumnya, Witkoff dikenal memiliki hubungan dekat dengan Putin. Dalam kunjungan-kunjungannya terdahulu, ia sering mengadakan pertemuan pribadi dengan pemimpin Rusia itu, bahkan pernah menerima lukisan minyak bergambar Trump dari Putin.
Hubungan akrab ini membuat sejumlah pihak di Kyiv dan sekutu AS lainnya meragukan kapasitas Witkoff untuk menyampaikan pesan keras kepada Moskow. Namun Kremlin melalui juru bicara Dmitry Peskov menyambut baik kunjungan tersebut, dan menyebut pertemuan dengan Putin “sangat mungkin” terjadi.
Putin sendiri pada Jumat lalu mengatakan bahwa Rusia mendukung “perdamaian abadi dan stabil dengan fondasi yang kokoh”, namun tetap menuntut kendali atas empat wilayah Ukraina dan jaminan bahwa Ukraina tidak akan bergabung dengan NATO.
Meski beberapa kali mengisyaratkan kesiapan berdialog, Ukraina menilai langkah Rusia tidak menunjukkan keseriusan. Delegasi Rusia dalam perundingan di Turki bulan lalu, yang dipimpin oleh mantan Menteri Kebudayaan Vladimir Medinsky, dianggap tidak cukup kuat mewakili niat damai Kremlin.
“Negara-negara yang berpikir Rusia siap berunding kini bisa melihat bahwa mereka tidak serius,” ujar Podolyak.
Sementara itu, serangan Rusia terhadap Ukraina terus berlangsung nyaris setiap malam. Pekan lalu menjadi salah satu periode paling mematikan, dengan serangan di Kyiv menewaskan 31 orang, termasuk lima anak-anak. Kedua negara juga terus melancarkan serangan drone ke infrastruktur lawan masing-masing.
Kementerian Pertahanan Rusia pada Senin mengklaim telah menembak jatuh 61 drone Ukraina dalam satu malam.