Soal Kritik Maskot STQH Nasional, Visioner Indonesia Minta Publik Bijak: Ini Kearifan Lokal, Bukan Penistaan

Berita63 Dilihat

JAKARTA, NUSANTARAVOICE.COM — Kritik terhadap desain maskot Seleksi Tilawatil Quran dan Hadits (STQH) Nasional XXVIII yang menampilkan anoa memegang Al-Quran mendapat tanggapan dari berbagai pihak. Sebagian menilai desain tersebut tidak pantas, namun pandangan berbeda disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Visioner Indonesia, Akril Abdillah, yang justru memberikan pernyataan menyejukkan dan sarat makna.

Menurut Akril, maskot STQH tidak seharusnya dipandang dari sisi bentuk semata, melainkan dari nilai dan filosofi yang ingin disampaikan. Ia menegaskan bahwa dalam dunia simbolik, seni dan dakwah dapat berjalan beriringan untuk menyampaikan pesan yang lebih dalam kepada masyarakat.

“Kita jangan terjebak dalam bentuk visual semata. Maskot itu bukan hewan yang disamakan dengan manusia, tapi simbol bahwa cahaya Al-Quran menaungi seluruh ciptaan Allah. Nilai-nilai Al-Quran bukan hanya untuk manusia, melainkan untuk seluruh alam semesta,” ujar Akril dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (7/10/2025).

Ia menilai, pemilihan anoa sebagai maskot justru merupakan langkah bijak panitia STQH, karena mengangkat identitas lokal Sulawesi Tenggara sekaligus menyampaikan pesan keteguhan, kesabaran, dan kekuatan moral.
Ketika anoa digambarkan memegang Al-Quran, lanjutnya, itu bukan sekadar persoalan estetika, tetapi pesan universal tentang keterikatan seluruh ciptaan terhadap sumber nilai ilahi.

“Dalam pandangan Visioner Indonesia, dakwah modern perlu hadir dalam bahasa budaya. Islam tidak anti terhadap simbol, selama niat dan maknanya lurus. Justru di sanalah keindahan Islam tercermin lembut, mengajak, dan menuntun,” jelasnya.