Thailand, sementara itu, menyatakan kesediaan untuk mempertimbangkan gencatan senjata, namun tetap menuntut adanya dialog langsung terlebih dahulu.
“Thailand setuju secara prinsip untuk adanya gencatan senjata, namun kami ingin melihat niat tulus dari pihak Kamboja,” tegas Kementerian Luar Negeri Thailand dalam pernyataan resminya.
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim sebelumnya telah menawarkan untuk menjadi fasilitator perdamaian antara kedua negara. Kini, Malaysia akan menjadi tuan rumah pembicaraan bilateral yang krusial dalam meredakan eskalasi regional ini.
Konflik Thailand-Kamboja ini kembali mengingatkan publik pada sengketa perbatasan yang telah berlangsung selama lebih dari satu abad, yang bermula dari penetapan batas wilayah era kolonial Prancis. Perselisihan atas kawasan sekitar kuil bersejarah telah beberapa kali memicu ketegangan, namun kali ini situasi memburuk dengan cepat hingga memicu kekhawatiran akan konflik terbuka.
Dengan perundingan yang akan berlangsung di Kuala Lumpur, masyarakat internasional berharap gencatan senjata bisa segera diwujudkan.
“Ketika semua telah selesai dan perdamaian tercapai, saya berharap bisa menyelesaikan perjanjian dagang kita dengan kedua negara,” tulis Trump dari resor golfnya di Skotlandia.
Untuk saat ini, dunia menanti hasil diplomasi awal di Malaysia dan apakah dua negara bertetangga ini mampu meletakkan senjata demi stabilitas kawasan dan keselamatan rakyatnya.