• Memulihkan konektivitas wilayah yang sempat terisolasi;
• Menjamin kelancaran distribusi logistik dan ekonomi masyarakat;
• Menunjang pelayanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan.
Jembatan Bailey tersebut memiliki panjang total 51 meter, terdiri dari tiga segmen, dan dibangun selama 75 hari kalender. Anggaran sebesar Rp3,191 miliar bersumber dari dana BTT APBD Provinsi Sultra. Material jembatan didukung oleh Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah Sultra.
Jembatan ini dinyatakan aman untuk kendaraan roda dua dan empat dengan kapasitas beban maksimal 25 ton.
Dalam keterangan pers usai peresmian, Gubernur Andi Sumangerukka menegaskan bahwa jembatan ini merupakan solusi darurat, dan jembatan permanen akan mulai dibangun tahun 2026 dengan estimasi anggaran sekitar Rp60 miliar.
“Kita tidak bisa menunggu proses panjang penganggaran di tengah kondisi darurat. Karena itu, kita bangun jembatan Bailey sebagai langkah cepat,” ujar Gubernur.
Ia juga mengimbau masyarakat untuk menjaga dan memanfaatkan jembatan ini sebaik-baiknya karena jalur tersebut merupakan penghubung vital antara Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah, sekaligus rute penting distribusi barang dan pelayanan publik.
Gubernur secara simbolis membuka jembatan dengan ucapan:
“Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, saya nyatakan Jembatan Kota Maju Asera dapat digunakan. Selamat dan sukses atas peresmian penanganan darurat banjir ruas Landawe – Kota Maju Asera melalui pemasangan Jembatan Bailey.”
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara berharap, kehadiran jembatan ini dapat memberikan manfaat besar bagi masyarakat, meningkatkan mobilitas antarwilayah, dan mempercepat pelayanan publik khususnya dalam situasi darurat akibat bencana.