Dukung Petani Sawit Lokal, Ketua Umum SPKS Fokus Tingkatkan Produktivitas Petani Sawit di Sultra

SPKS saat ini fokus pada Upaya peningkatan produktivitas di petani anggotanya, rata-rata petani sawit saat ini memiliki produktivitas di bawah 12 ton/TBS/ha/tahun padahal idealnya harus di sekitar 20 ton/TBS/ha/tahunya, dengan produksi CPO diatas 3 ton/hektar/tahunya.

NUSANTARA VOICE, KENDARI Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) merupakan penghasil perkebunan sawit terbesar ke-3 di wilayah sulawesi dengan luas sekitar 59 ribu hektar berdasarkan data Dinas Perkebunan Provinsi Sultra 2023, perkebunan sawit tersebut tersebar di beberapa Kabupaten antara lain yaitu Kabupaten 1) Konawe, 2) Kolaka, 3) Muna, 3) Konawe Utara, 4) Muna Barat, 5) Bombana, 6) Kolaka Timur. Luasan kebun sawit di Sultra terus bertumbuh karena didukung dengan ketersediaan lahan dan juga keingin masyarakat petani untuk terus mengembangkan perkebunan sawit dan juga di didorong oleh terbukanya pasar dengan berdirinya pabrik kelapa sawit di provinsi Sultra, saat ini ada 8 Pabrik Kelapa sawit di Sultra.

Perkebunan kelapa sawit di Sultra juga banyak menghadapi tantangan terutama di petani sawit skala kecil diantara soal legalitas, bibit yang banyak tidak berkualitas , akses pasar, produktivitas yang rendah, akses sarana dan prasarana seperti pupuk, herbisida dll.

Plt. Ketua SPKS Sulawesi Tenggara Arwan mengatakan Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) di beberapa Kabupaten di Sultra fokus pada peningkatan kapasitas petani dalam hal budidaya sawit, SPKS memberikan pelatihan Good Agricultural Practice (GAP) dimana latihannya dilakukan langsung di lapangan menghadirkan pelatihan sawit yang berpengalaman dan juga bekerjasama dengan perusahan sawit seperti PT. Sultra Prima Lestari (SPL) dan PT. Tani Prima Makmur.

SPKS pada tanggal 21 – 31 Oktober 2024 memberikan pelatihan kepada petani sawit di 5 Desa di Kabupaten Konawe Utara dengan total peserta sekitar 100 petani. Materi pelatihan diberikan mulai dari teori budidaya sawit secara Good Agricultural Practice (GAP) yang diberikan langsung pelatih dari Institut Pertanian STIPER dikenal dengan INSTIPER Yogyakarta, selain itu juga dilakukan praktek langsung di kebun dengan materi seperti identifikasi hama dan penyakit serta untuk menjelaskan cara penanggulangannya, pemupukan yang baik sampai pada Teknik panen yang sesuai standar.

Plt. Ketua SPKS Sulawesi Tenggara Arwan dengan pelatihan ini petani akan memiliki pengetahuan yang baik dalam mengelola sawitnya, dan diharapkan berpengaruh pada budaya kepada petani yang sebelumnya tidak mengelola sawit  sesuai dengan Good Agricultural Practice (GAP) melalui pelatihan akan menerapkannya.

Ketua Umum SPKS Sabaruddin mengatakan SPKS saat ini fokus pada Upaya peningkatan produktivitas di petani anggotanya, rata-rata petani sawit saat ini memiliki produktivitas di bawah 12 ton/TBS/ha/tahun padahal idealnya harus di sekitar 20 ton/TBS/ha/tahunya, dengan produksi CPO diatas 3 ton/hektar/tahunya.

Salah satu tantangan petani swadaya tidak melakukan budidaya sawit dengan Teknik Good Agricultural Practice (GAP) yang tepat, terutama dalam hal pemupukan petani banyak yang tidak melakukan dengan benar dan ada juga yang tidak melakukan pemupukan padahal kita tahu kalau sawit itu butuh pupuk yang tepat.

Melalui pelatihan-pelatihan yang dilakukan kepada petani kita ingin mendorong terus menerus budaya petani dalam penerapan pengelolaan sawit sesuai dengan Good Agricultural Practice (GAP).

Peningkatan produktivitas petani sawit sangat penting, salah satunya kalau melihat target pemerintah baru bahwa sawit akan menjadi salah satu sumber energi melalui peningkatan program biodiesel B35 ke biodiesel B50, Dimana ini butuh tambahan CPO sekitar 6 juta ton setiap tahunnya, maka yang perlu dimaksimalkan yaitu kebun petani sawit yang berjumlah sekitar 6,9 juta hektar.