Tak Punya Utang, Tak Punya Mobil, Tapi Jadi Komisaris dan Wamen!

Berita5534 Dilihat

NUSANTARA VOICE, JAKARTA — Nama Stella Christie mungkin belum sepopuler pejabat lainnya, tapi sepak terjang dan rekam jejaknya membuat banyak orang melirik. Di tengah sorotan soal rangkap jabatan di BUMN, kekayaan Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendikti Saintek) ini justru tergolong sederhana. Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) tahun 2024, total kekayaan Stella tercatat sebesar Rp4,79 miliar.

Angka ini cukup mencolok bukan karena besarnya, tapi karena kesederhanaannya untuk ukuran pejabat tinggi negara sekaligus komisaris di anak usaha Pertamina. Stella diketahui merangkap jabatan sebagai Komisaris PT Pertamina Hulu Energi (PHE), posisi strategis yang ia emban sejak Juli 2025.

Mayoritas kekayaan Stella berasal dari properti, yakni tanah dan bangunan senilai Rp4,43 miliar. Ia memiliki sebuah rumah di kawasan Jakarta Barat seluas 81 meter persegi senilai Rp1,71 miliar, yang diperoleh dari hasil kerja sendiri. Selain itu, ia juga tercatat menerima hibah sebidang tanah seluas 1.813 meter persegi di Bandung, senilai Rp2,71 miliar.

Menariknya, Stella tidak melaporkan kepemilikan kendaraan pribadi, surat berharga, ataupun harta bergerak lainnya. Aset kas yang ia miliki hanya sebesar Rp350 juta, dan ia juga tidak memiliki utang sama sekali. Dalam laporan tersebut, Stella terlihat hidup dalam kesederhanaan finansial hal yang cukup jarang ditemui pada kalangan pejabat publik.

Namun di balik laporan kekayaan yang bersahaja, Stella memiliki karier akademik yang luar biasa. Ia adalah profesor di bidang ilmu kognitif di Tsinghua University, salah satu universitas paling bergengsi di Beijing, Tiongkok. Ia menempuh pendidikan S1 di Harvard University dengan predikat magna cum laude, kemudian meraih gelar Ph.D. di bidang psikologi kognitif dari Northwestern University.

Stella menjabat sebagai associate professor di Tsinghua sejak 2018. Gaji tahunan dosen dengan level seperti dirinya bisa mencapai antara 0,5 hingga 3,5 juta yuan atau setara Rp1,08 miliar hingga Rp7,6 miliar per tahun, belum termasuk tunjangan perumahan dan insentif riset. Pengalaman internasionalnya pun mengesankan, termasuk sebagai peneliti pascadoktoral di University of British Columbia, dan peneliti tamu di Stanford University.