Rusia juga belum mengirimkan sistem pertahanan udara dan jet tempur yang telah lama diminta oleh Teheran. “Tidak satu pun dari permintaan Iran untuk sistem senjata strategis yang benar-benar dipenuhi Rusia hingga hari ini,” kata Smagin.
Sebaliknya, Rusia mulai mengurangi ketergantungannya terhadap Iran, termasuk dalam bidang teknologi drone, yang kini telah dapat diproduksi secara mandiri di Pegunungan Ural.
Meski konflik telah mendorong naik harga minyak ke level tertinggi dalam empat bulan memberikan dorongan ekonomi bagi Rusia para pengamat memperingatkan bahwa keuntungan jangka pendek ini bisa mengorbankan stabilitas jangka panjang.
“Perhatian dunia kini beralih ke Timur Tengah, dan Ukraina semakin terabaikan,” ujar Ruslan Pukhov, Direktur Centre for Analysis of Strategies and Technologies di Moskow. Ia menambahkan bahwa perubahan fokus Washington berisiko menurunkan prioritas bantuan militer ke Ukraina.
Namun, kerugian sesungguhnya bagi Rusia adalah jika Iran, sebagai sekutu anti-Barat yang tangguh, kehilangan kekuasaan. Rusia telah menjadi investor asing terbesar di Iran dalam dua tahun terakhir, terutama di sektor gas dan infrastruktur. Keruntuhan rezim berpotensi menghapus seluruh investasi itu dalam sekejap.
“Tidak seperti Belarus, Rusia dan Iran tidak punya kedekatan historis atau budaya. Hubungan mereka dibangun atas dasar perlawanan terhadap Barat,” kata Hanna Notte, pakar kebijakan luar negeri Rusia. “Jika rezim ini tumbang, akan sangat sulit bagi Rusia mempertahankan aset dan pengaruh di Iran. Timur Tengah yang dikendalikan kekuatan pro-AS adalah mimpi buruk bagi Moskow.”
Komentar