NUSANTARA VOICE, JAKARTA— Surat Al-Waqi’ah memiliki banyak keutamaan yang dipercaya dalam Islam. Beberapa keutamaan yang dikenal di kalangan umat Islam meliputi:
1. Mencegah Kemiskinan: salah satu keutamaan yang paling populer dari Surat Al-Waqi’ah adalah keyakinan bahwa membaca surat ini dapat mencegah kemiskinan. Dalam beberapa riwayat, disebutkan bahwa orang yang membaca Surat Al-Waqi’ah setiap malam tidak akan terkena kemiskinan. Namun, riwayat ini banyak dikategorikan sebagai lemah.
2. Mendatangkan Rezeki: ada keyakinan lain bahwa membaca Surat Al-Waqi’ah bisa membuka pintu rezeki. Surat ini dianggap membawa keberkahan dalam kehidupan finansial seseorang.
3. Menguatkan Iman pada Hari Kiamat: kandungan Surat Al-Waqi’ah yang membahas tentang peristiwa Hari Kiamat dan pembagian manusia ke dalam tiga golongan (golongan kanan, golongan kiri, dan orang-orang yang lebih dahulu beriman) dapat menguatkan keyakinan seseorang tentang adanya kehidupan setelah mati dan pentingnya amal shaleh di dunia.
4. Surat yang Membawa Keberkahan: sebagian ulama menganjurkan untuk rutin membaca Surat Al-Waqi’ah karena surat ini dianggap membawa banyak kebaikan dan keberkahan dalam hidup. Hal ini didasarkan pada pemahaman umum bahwa setiap surat dalam Al-Qur’an memiliki keberkahannya tersendiri jika dibaca dengan ikhlas.
Meskipun keutamaan-keutamaan ini banyak diyakini, penting untuk memastikan bahwa kita tidak mengandalkan riwayat yang lemah tanpa penelitian lebih lanjut dan selalu mendasarkan amal pada tuntunan yang shahih. Membaca Surat Al-Waqi’ah secara rutin tentu dapat menjadi amalan baik karena setiap bacaan Al-Qur’an memiliki pahala tersendiri.
Al-Waqi’ah
Makkiyah · 96
اِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُۙ ١
idzâ waqa‘atil-wâqi‘ah
Apabila terjadi hari Kiamat (yang pasti terjadi),
لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌۘ ٢
laisa liwaq‘atihâ kâdzibah
tidak ada seorang pun yang (dapat) mendustakan terjadinya.
خَافِضَةٌ رَّافِعَةٌ ٣
khâfidlatur râfi‘ah
(Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain).
اِذَا رُجَّتِ الْاَرْضُ رَجًّاۙ ٤
idzâ rujjatil-ardlu rajjâ
Apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya
وَّبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّاۙ ٥
wa bussatil-jibâlu bassâ
dan gunung-gunung dihancurkan sehancur-hancurnya,
فَكَانَتْ هَبَاۤءً مُّنْۢبَثًّاۙ ٦
fa kânat habâ’am mumbatstsâ
jadilah ia debu yang beterbangan.
وَّكُنْتُمْ اَزْوَاجًا ثَلٰثَةًۗ ٧
wa kuntum azwâjan tsalâtsah
Kamu menjadi tiga golongan,
فَاَصْحٰبُ الْمَيْمَنَةِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْمَيْمَنَةِۗ٨
fa ash-ḫâbul-maimanati mâ ash-ḫâbul-maimanah
yaitu golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu
وَاَصْحٰبُ الْمَشْـَٔمَةِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْمَشْـَٔمَةِۗ ٩
wa ash-ḫâbul-masy’amati mâ ash-ḫâbul-masy’amah
dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu.
وَالسّٰبِقُوْنَ السّٰبِقُوْنَۙ ١٠
was-sâbiqûnas-sâbiqûn
Selain itu, (golongan ketiga adalah) orang-orang yang paling dahulu (beriman). Merekalah yang paling dahulu (masuk surga).
اُولٰۤىِٕكَ الْمُقَرَّبُوْنَۚ ١١
ulâ’ikal-muqarrabûn
Mereka itulah orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).
فِيْ جَنّٰتِ النَّعِيْمِ ١٢
fî jannâtin-na‘îm
(Mereka) berada dalam surga (yang penuh) kenikmatan.
ثُلَّةٌ مِّنَ الْاَوَّلِيْنَۙ ١٣
tsullatum minal-awwalîn
(Mereka adalah) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu
وَقَلِيْلٌ مِّنَ الْاٰخِرِيْنَۗ ١٤
wa qalîlum minal-âkhirîn
dan sedikit dari orang-orang yang (datang) kemudian.
عَلٰى سُرُرٍ مَّوْضُوْنَةٍۙ ١٥
‘alâ sururim maudlûnah
(Mereka berada) di atas dipan-dipan yang bertatahkan emas dan permata
مُّتَّكِـِٕيْنَ عَلَيْهَا مُتَقٰبِلِيْنَ ١٦
muttaki’îna ‘alaihâ mutaqâbilîn
seraya bersandar di atasnya saling berhadapan.
يَطُوْفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُّخَلَّدُوْنَۙ ١٧
yathûfu ‘alaihim wildânum mukhalladûn
Mereka dikelilingi oleh anak-anak yang selalu muda
بِاَكْوَابٍ وَّاَبَارِيْقَۙ وَكَأْسٍ مِّنْ مَّعِيْنٍۙ ١٨
bi’akwâbiw wa abârîqa wa ka’sim mim ma‘în
dengan (membawa) gelas, kendi, dan seloki (berisi minuman yang diambil) dari sumber yang mengalir.
لَّا يُصَدَّعُوْنَ عَنْهَا وَلَا يُنْزِفُوْنَۙ ١٩
lâ yushadda‘ûna ‘an-hâ wa lâ yunzifûn
Mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk.
وَفَاكِهَةٍ مِّمَّا يَتَخَيَّرُوْنَۙ ٢٠
wa fâkihatim mimmâ yatakhayyarûn
(Mereka menyuguhkan pula) buah-buahan yang mereka pilih
وَلَحْمِ طَيْرٍ مِّمَّا يَشْتَهُوْنَۗ ٢١
wa laḫmi thairim mimmâ yasytahûn
dan daging burung yang mereka sukai.
وَحُوْرٌ عِيْنٌۙ ٢٢
wa ḫûrun ‘în
Ada bidadari yang bermata indah
كَاَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُوْنِۚ ٢٣
ka’amtsâlil-lu’lu’il-maknûn
laksana mutiara yang tersimpan dengan baik
جَزَاۤءًۢ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ٢٤
jazâ’am bimâ kânû ya‘malûn
sebagai balasan atas apa yang selama ini mereka kerjakan.
لَا يَسْمَعُوْنَ فِيْهَا لَغْوًا وَّلَا تَأْثِيْمًاۙ ٢٥
lâ yasma‘ûna fîhâ laghwaw wa lâ ta’tsîmâ
Di sana mereka tidak mendengar percakapan yang sia-sia dan tidak (pula) percakapan yang menimbulkan dosa,
اِلَّا قِيْلًا سَلٰمًا سَلٰمًا ٢٦
illâ qîlan salâman salâmâ
kecuali (yang mereka dengar hanyalah) ucapan, “Salam… salam.”
وَاَصْحٰبُ الْيَمِينِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْيَمِيْنِۗ٢٧
wa ash-ḫâbul-yamîni mâ ash-ḫâbul-yamîn
Golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu.
فِيْ سِدْرٍ مَّخْضُوْدٍۙ ٢٨
fî sidrim makhdlûd
(Mereka) berada di antara pohon bidara yang tidak berduri,
وَّطَلْحٍ مَّنْضُوْدٍۙ ٢٩
wa thal-ḫim mandlûd
pohon pisang yang (buahnya) bersusun-susun,
وَّظِلٍّ مَّمْدُوْدٍۙ ٣٠
wa dhillim mamdûd
naungan yang terbentang luas,
وَّمَاۤءٍ مَّسْكُوْبٍۙ ٣١
wa mâ’im maskûb
air yang tercurah,
وَّفَاكِهَةٍ كَثِيْرَةٍۙ ٣٢
wa fâkihating katsîrah
buah-buahan yang banyak
لَّا مَقْطُوْعَةٍ وَّلَا مَمْنُوْعَةٍۙ ٣٣
lâ maqthû‘atiw wa lâ mamnû‘ah
yang tidak berhenti berbuah dan tidak terlarang memetiknya,
وَّفُرُشٍ مَّرْفُوْعَةٍۗ ٣٤
wa furusyim marfû‘ah
dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.
اِنَّآ اَنْشَأْنٰهُنَّ اِنْشَاۤءًۙ ٣٥
innâ ansya’nâhunna insyâ’â
Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari itu) secara langsung,
فَجَعَلْنٰهُنَّ اَبْكَارًاۙ ٣٦
fa ja‘alnâhunna abkârâ
lalu Kami jadikan mereka perawan-perawan
عُرُبًا اَتْرَابًاۙ ٣٧
‘uruban atrâbâ
yang penuh cinta (lagi) sebaya umurnya,
لِّاَصْحٰبِ الْيَمِيْنِۗࣖ ٣٨
li’ash-ḫâbil-yamîn
(diperuntukkan) bagi golongan kanan,
ثُلَّةٌ مِّنَ الْاَوَّلِيْنَۙ ٣٩
tsullatum minal-awwalîn
(yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu
وَثُلَّةٌ مِّنَ الْاٰخِرِيْنَۗ ٤٠
wa tsullatum minal-âkhirîn
dan segolongan besar (pula) dari orang-orang yang kemudian.
وَاَصْحٰبُ الشِّمَالِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الشِّمَالِۗ٤١
wa ash-ḫâbusy-syimâli mâ ash-ḫâbusy-syimâl
Golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu.
فِيْ سَمُوْمٍ وَّحَمِيْمٍۙ ٤٢
fî samûmiw wa ḫamîm
(Mereka berada) dalam siksaan angin yang sangat panas, air yang mendidih,
وَّظِلٍّ مِّنْ يَّحْمُوْمٍۙ ٤٣
wa dhillim miy yaḫmûm
dan naungan asap hitam
لَّا بَارِدٍ وَّلَا كَرِيْمٍ ٤٤
lâ bâridiw wa lâ karîm
yang tidak sejuk dan tidak menyenangkan.
اِنَّهُمْ كَانُوْا قَبْلَ ذٰلِكَ مُتْرَفِيْنَۚ ٤٥
innahum kânû qabla dzâlika mutrafîn
Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah.
وَكَانُوْا يُصِرُّوْنَ عَلَى الْحِنْثِ الْعَظِيْمِۚ ٤٦
wa kânû yushirrûna ‘alal-ḫintsil-‘adhîm
Mereka terus-menerus mengerjakan dosa yang besar.
وَكَانُوْا يَقُوْلُوْنَ ەۙ اَىِٕذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَّعِظَامًا ءَاِنَّا لَمَبْعُوْثُوْنَۙ ٤٧
wa kânû yaqûlûna a idzâ mitnâ wa kunnâ turâbaw wa ‘idhâman a innâ lamab‘ûtsûn