Israel Klaim Kuasai Wilayah Udara di Atas Tehran

Internasional13 Dilihat

Menteri Pertahanan Israel: Ibu Kota Iran akan Terbakar Jika Serangan Terus Dilanjutkan

NUSANTARA VOICE, ISRAEL— Israel mengklaim telah menguasai wilayah udara di atas ibu kota Iran dan memperingatkan bahwa “Tehran akan terbakar” jika Iran kembali menembakkan misil ke wilayahnya. Namun, kepemimpinan Iran tetap menantang, bersumpah akan memberikan “respon yang lebih keras dan kuat” serta mengancam akan memperluas perang dengan menyerang kapal dan pangkalan militer sekutu Israel.

Ancaman saling membalas ini mencerminkan risiko eskalasi besar dalam konflik yang sedang berlangsung. Negosiasi antara AS dan Iran yang direncanakan sebelumnya di Oman dibatalkan setelah Teheran menyatakan perundingan tersebut “tidak lagi bermakna”, sementara Israel tampaknya mulai menargetkan industri gas Iran. Retorika Israel mencerminkan kepercayaan diri yang meningkat dari para pemimpinnya, serta memunculkan pertanyaan apakah tujuan perang Israel kini melampaui target awal yaitu melumpuhkan program nuklir Iran.

Ancaman untuk menghancurkan Teheran disampaikan oleh Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, setelah Iran menanggapi serangan mendadak Israel pada Jumat pagi dengan meluncurkan ratusan misil balistik dan drone. Sebagian kecil dari misil tersebut berhasil menembus pertahanan udara Israel dan menewaskan tiga orang di Tel Aviv dan Rishon LeZion.

Baca juga:  Serangan Udara Rusia Hantam Ukraina, 15 Orang Tewas, Infrastruktur Gas Rusak

Katz, yang pasukannya telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza, menyalahkan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, atas nasib yang mungkin menimpa Teheran.

“Diktator Iran telah menyandera rakyatnya sendiri, menciptakan realitas di mana mereka, khususnya warga Teheran, akan menanggung harga mahal atas serangan terang-terangan terhadap warga Israel,” kata Katz. “Jika Khamenei terus menembakkan misil ke wilayah Israel, Teheran akan terbakar.”

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menargetkan sistem pertahanan udara di sekitar Teheran pada Sabtu pagi dan merasa yakin mereka telah memperoleh supremasi udara sepenuhnya.

“Jalur udara menuju Teheran kini terbuka,” kata seorang pejabat IDF. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menambahkan: “Dalam waktu dekat, Anda akan melihat jet tempur Israel di langit Teheran.”

Jet tempur Israel, lanjut Netanyahu, akan menargetkan “segala situs dan sasaran rezim Ayatollah,” setelah menghantam keras program nuklir Iran.

Beberapa jam kemudian, media Iran melaporkan terjadi “ledakan besar” di kilang minyak di kota pelabuhan Kangan, yang terhubung ke ladang gas South Pars, ladang gas terbesar di dunia. Media menyebut ledakan disebabkan oleh serangan drone Israel, yang menjadi serangan pertama terhadap sektor minyak dan gas Iran—berpotensi berdampak besar secara ekonomi dan lingkungan. IDF tidak segera mengomentari serangan ini, dan Kementerian Perminyakan Iran mengatakan kebakaran berhasil dipadamkan pada malam hari.

Baca juga:  Dibalik Serangan Israel ke Iran: Netanyahu dan Agenda Perubahan Rezim

Pada Minggu pagi, kedua pihak kembali meluncurkan gelombang serangan. Israel menyatakan tengah menyerang target militer di Teheran, sementara misil Iran berhasil menembus pertahanan di wilayah utara dan tengah Israel.

Iran mengatakan Depo Minyak Shahran di Teheran menjadi target serangan Israel, namun situasi dapat dikendalikan. Kebakaran juga terjadi di kilang minyak dekat ibu kota. Serangan Israel juga menghantam gedung Kementerian Pertahanan Iran di Teheran, menyebabkan kerusakan ringan, menurut kantor berita Tasnim.

Di Israel, empat orang tewas akibat serangan misil di Tamra, kota mayoritas Palestina di utara Israel. Media lokal melaporkan enam orang lainnya tewas di Rehovot dan Bat Yam di Tel Aviv. Puluhan lainnya dilaporkan terluka.

Pimpinan Iran tetap menunjukkan sikap menantang. Presiden Masoud Pezeshkian bersumpah serangan Israel lanjutan akan dibalas lebih kuat, dan komandan baru Garda Revolusi Iran mengatakan pasukannya akan “membuka gerbang neraka” terhadap Israel. Media pemerintah Iran mengutip pejabat yang memperingatkan AS, Inggris, dan Prancis bahwa pangkalan dan kapal militer mereka akan diserang jika ikut menembak jatuh misil atau drone Iran.

AS dan Prancis telah menyatakan kesiapannya membela Israel, sementara laporan media AS menunjukkan pasukan AS telah mulai beraksi. Pemerintah Inggris mengatakan belum memberi bantuan militer dan Perdana Menteri Keir Starmer menekankan pentingnya de-eskalasi.

Baca juga:  Krisis Timur Tengah: Angkatan Udara Israel Lancarkan serangan ke Yaman; 21 Orang Tewas di Lebanon timur

Merealisasikan ancaman itu bisa menjadi pertaruhan besar bagi Iran, yang berisiko menarik lebih banyak pasukan Barat ke dalam konflik saat negara itu sudah terpukul oleh serangan udara intensif Israel.

Dalam sidang Dewan Keamanan PBB, diplomat AS McCoy Pitt memperingatkan: “Tidak ada pemerintah, proxy, atau aktor independen yang boleh menyerang warga, pangkalan, atau infrastruktur AS di kawasan. Konsekuensinya bagi Iran akan sangat buruk.”

Di saat bersamaan, sistem pertahanan udara Israel terbukti mampu meminimalkan bahaya dari misil dan drone Iran. IDF menyebut Iran telah menembakkan sekitar 200 misil balistik dan lebih banyak lagi drone, namun sebagian besar berhasil dicegat.

Respons Iran juga makin dilemahkan dengan pembunuhan bertarget terhadap para jenderal seniornya oleh Israel, yang hampir memusnahkan rantai komando tertinggi. Pada Sabtu, IDF mengklaim telah membunuh dua pejabat penting: kepala intelijen angkatan bersenjata Gholam-Reza Marhabi, dan komandan rudal balistik Garda Revolusi, Mohammad Hossein Bagheri.

Komentar