Nusantara Voice, Jakarta, — Sebuah kelompok peretas siber asal Rusia yang mengklaim sebagai aktivis digital atau hacktivist, NoName057(16), kini menjadi buronan internasional. Dalam tiga tahun terakhir, kelompok ini telah melancarkan serangan siber bertubi-tubi ke berbagai negara di Eropa dan Israel. Kini, aparat hukum dari 12 negara bekerja sama untuk memburu dan membongkar jaringan kejahatan siber kelas kakap tersebut.
Kelompok NoName057(16) dikenal luas karena serangan Distributed Denial of Service (DDoS), yakni metode membanjiri lalu lintas internet untuk melumpuhkan situs web atau server. Aksi mereka dimulai sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022 dan terus meluas ke negara-negara anggota NATO serta organisasi pendukung Ukraina.
Melalui platform Telegram, forum privat, dan aplikasi perpesanan, kelompok ini menyebarkan alat peretasan, tutorial, serta rencana serangan. Mereka bahkan menerapkan sistem gamifikasi lengkap dengan papan peringkat, lencana, hingga hadiah mata uang kripto untuk menjaga semangat para anggotanya, yang sebagian besar berasal dari kalangan muda.
Kelompok ini mengandalkan platform bernama “DDoSia”, sistem sumber terbuka dengan botnet ratusan server, untuk memperbesar skala serangan mereka. Para peserta cukup mengunduh malware dan ‘menyumbangkan’ daya komputasi perangkat mereka demi serangan terkoordinasi. Kontributor aktif mendapatkan imbalan dalam bentuk kripto.
NoName057(16) dikenal lihai dalam memilih momen. Serangan mereka sering kali bertepatan dengan agenda-agenda politik penting, seperti pemilu Eropa, pidato Presiden Ukraina di parlemen Swiss, hingga KTT NATO di Belanda. Beberapa target utama mereka adalah lembaga pemerintahan Swedia serta sistem perbankan Eropa.
Komentar