Lengkap Surat Al-Waqi’ah: Arab, Latin, Terjemahan dan Keutamaan

Syariah121 Dilihat

NUSANTARA VOICE, JAKARTA— Surat Al-Waqi’ah memiliki banyak keutamaan yang dipercaya dalam Islam. Beberapa keutamaan yang dikenal di kalangan umat Islam meliputi:

1. Mencegah Kemiskinan: salah satu keutamaan yang paling populer dari Surat Al-Waqi’ah adalah keyakinan bahwa membaca surat ini dapat mencegah kemiskinan. Dalam beberapa riwayat, disebutkan bahwa orang yang membaca Surat Al-Waqi’ah setiap malam tidak akan terkena kemiskinan. Namun, riwayat ini banyak dikategorikan sebagai lemah.

2. Mendatangkan Rezeki: ada keyakinan lain bahwa membaca Surat Al-Waqi’ah bisa membuka pintu rezeki. Surat ini dianggap membawa keberkahan dalam kehidupan finansial seseorang.

3. Menguatkan Iman pada Hari Kiamat: kandungan Surat Al-Waqi’ah yang membahas tentang peristiwa Hari Kiamat dan pembagian manusia ke dalam tiga golongan (golongan kanan, golongan kiri, dan orang-orang yang lebih dahulu beriman) dapat menguatkan keyakinan seseorang tentang adanya kehidupan setelah mati dan pentingnya amal shaleh di dunia.

4. Surat yang Membawa Keberkahan: sebagian ulama menganjurkan untuk rutin membaca Surat Al-Waqi’ah karena surat ini dianggap membawa banyak kebaikan dan keberkahan dalam hidup. Hal ini didasarkan pada pemahaman umum bahwa setiap surat dalam Al-Qur’an memiliki keberkahannya tersendiri jika dibaca dengan ikhlas.

Meskipun keutamaan-keutamaan ini banyak diyakini, penting untuk memastikan bahwa kita tidak mengandalkan riwayat yang lemah tanpa penelitian lebih lanjut dan selalu mendasarkan amal pada tuntunan yang shahih. Membaca Surat Al-Waqi’ah secara rutin tentu dapat menjadi amalan baik karena setiap bacaan Al-Qur’an memiliki pahala tersendiri.

Al-Waqi’ah

Makkiyah · 96

اِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُۙ ۝١

idzâ waqa‘atil-wâqi‘ah

Apabila terjadi hari Kiamat (yang pasti terjadi),

Baca juga:  Keutamaan Ayat 1000 Dinar: Mendapat Rezeki Tak Disangka-sangka

لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌۘ ۝٢

laisa liwaq‘atihâ kâdzibah

tidak ada seorang pun yang (dapat) mendustakan terjadinya. 

خَافِضَةٌ رَّافِعَةٌ ۝٣

khâfidlatur râfi‘ah

(Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain).

اِذَا رُجَّتِ الْاَرْضُ رَجًّاۙ ۝٤

idzâ rujjatil-ardlu rajjâ

Apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya

وَّبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّاۙ ۝٥

wa bussatil-jibâlu bassâ

dan gunung-gunung dihancurkan sehancur-hancurnya,

فَكَانَتْ هَبَاۤءً مُّنْۢبَثًّاۙ ۝٦

fa kânat habâ’am mumbatstsâ

jadilah ia debu yang beterbangan.

وَّكُنْتُمْ اَزْوَاجًا ثَلٰثَةًۗ ۝٧

wa kuntum azwâjan tsalâtsah

Kamu menjadi tiga golongan,

فَاَصْحٰبُ الْمَيْمَنَةِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْمَيْمَنَةِۗ۝٨

fa ash-ḫâbul-maimanati mâ ash-ḫâbul-maimanah

yaitu golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu

وَاَصْحٰبُ الْمَشْـَٔمَةِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْمَشْـَٔمَةِۗ ۝٩

wa ash-ḫâbul-masy’amati mâ ash-ḫâbul-masy’amah

dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu.

وَالسّٰبِقُوْنَ السّٰبِقُوْنَۙ ۝١٠

was-sâbiqûnas-sâbiqûn

Selain itu, (golongan ketiga adalah) orang-orang yang paling dahulu (beriman). Merekalah yang paling dahulu (masuk surga).

اُولٰۤىِٕكَ الْمُقَرَّبُوْنَۚ ۝١١

ulâ’ikal-muqarrabûn

Mereka itulah orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).

فِيْ جَنّٰتِ النَّعِيْمِ ۝١٢

fî jannâtin-na‘îm

(Mereka) berada dalam surga (yang penuh) kenikmatan.

ثُلَّةٌ مِّنَ الْاَوَّلِيْنَۙ ۝١٣

tsullatum minal-awwalîn

(Mereka adalah) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu

وَقَلِيْلٌ مِّنَ الْاٰخِرِيْنَۗ ۝١٤

wa qalîlum minal-âkhirîn

dan sedikit dari orang-orang yang (datang) kemudian.

عَلٰى سُرُرٍ مَّوْضُوْنَةٍۙ ۝١٥

‘alâ sururim maudlûnah

(Mereka berada) di atas dipan-dipan yang bertatahkan emas dan permata

مُّتَّكِـِٕيْنَ عَلَيْهَا مُتَقٰبِلِيْنَ ۝١٦

muttaki’îna ‘alaihâ mutaqâbilîn

seraya bersandar di atasnya saling berhadapan.

يَطُوْفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُّخَلَّدُوْنَۙ ۝١٧

yathûfu ‘alaihim wildânum mukhalladûn

Mereka dikelilingi oleh anak-anak yang selalu muda

Baca juga:  Keutamaan Ayat 1000 Dinar: Mendapat Rezeki Tak Disangka-sangka

بِاَكْوَابٍ وَّاَبَارِيْقَۙ وَكَأْسٍ مِّنْ مَّعِيْنٍۙ ۝١٨

bi’akwâbiw wa abârîqa wa ka’sim mim ma‘în

dengan (membawa) gelas, kendi, dan seloki (berisi minuman yang diambil) dari sumber yang mengalir.

لَّا يُصَدَّعُوْنَ عَنْهَا وَلَا يُنْزِفُوْنَۙ ۝١٩

lâ yushadda‘ûna ‘an-hâ wa lâ yunzifûn

Mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk.

وَفَاكِهَةٍ مِّمَّا يَتَخَيَّرُوْنَۙ ۝٢٠

wa fâkihatim mimmâ yatakhayyarûn

(Mereka menyuguhkan pula) buah-buahan yang mereka pilih

وَلَحْمِ طَيْرٍ مِّمَّا يَشْتَهُوْنَۗ ۝٢١

wa laḫmi thairim mimmâ yasytahûn

dan daging burung yang mereka sukai.

وَحُوْرٌ عِيْنٌۙ ۝٢٢

wa ḫûrun ‘în

Ada bidadari yang bermata indah

كَاَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُوْنِۚ ۝٢٣

ka’amtsâlil-lu’lu’il-maknûn

laksana mutiara yang tersimpan dengan baik

جَزَاۤءًۢ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ۝٢٤

jazâ’am bimâ kânû ya‘malûn

sebagai balasan atas apa yang selama ini mereka kerjakan.

لَا يَسْمَعُوْنَ فِيْهَا لَغْوًا وَّلَا تَأْثِيْمًاۙ ۝٢٥

lâ yasma‘ûna fîhâ laghwaw wa lâ ta’tsîmâ

Di sana mereka tidak mendengar percakapan yang sia-sia dan tidak (pula) percakapan yang menimbulkan dosa,

اِلَّا قِيْلًا سَلٰمًا سَلٰمًا ۝٢٦

illâ qîlan salâman salâmâ

kecuali (yang mereka dengar hanyalah) ucapan, “Salam… salam.”

وَاَصْحٰبُ الْيَمِينِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْيَمِيْنِۗ۝٢٧

wa ash-ḫâbul-yamîni mâ ash-ḫâbul-yamîn

Golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu.

فِيْ سِدْرٍ مَّخْضُوْدٍۙ ۝٢٨

fî sidrim makhdlûd

(Mereka) berada di antara pohon bidara yang tidak berduri,

وَّطَلْحٍ مَّنْضُوْدٍۙ ۝٢٩

wa thal-ḫim mandlûd

pohon pisang yang (buahnya) bersusun-susun, 

وَّظِلٍّ مَّمْدُوْدٍۙ ۝٣٠

wa dhillim mamdûd

naungan yang terbentang luas,

وَّمَاۤءٍ مَّسْكُوْبٍۙ ۝٣١

wa mâ’im maskûb

air yang tercurah,

وَّفَاكِهَةٍ كَثِيْرَةٍۙ ۝٣٢

wa fâkihating katsîrah

buah-buahan yang banyak

Baca juga:  Keutamaan Ayat 1000 Dinar: Mendapat Rezeki Tak Disangka-sangka

لَّا مَقْطُوْعَةٍ وَّلَا مَمْنُوْعَةٍۙ ۝٣٣

lâ maqthû‘atiw wa lâ mamnû‘ah

yang tidak berhenti berbuah dan tidak terlarang memetiknya,

وَّفُرُشٍ مَّرْفُوْعَةٍۗ ۝٣٤

wa furusyim marfû‘ah

dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.

اِنَّآ اَنْشَأْنٰهُنَّ اِنْشَاۤءًۙ ۝٣٥

innâ ansya’nâhunna insyâ’â

Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari itu) secara langsung,

فَجَعَلْنٰهُنَّ اَبْكَارًاۙ ۝٣٦

fa ja‘alnâhunna abkârâ

lalu Kami jadikan mereka perawan-perawan

عُرُبًا اَتْرَابًاۙ ۝٣٧

‘uruban atrâbâ

yang penuh cinta (lagi) sebaya umurnya,

لِّاَصْحٰبِ الْيَمِيْنِۗࣖ ۝٣٨

li’ash-ḫâbil-yamîn

(diperuntukkan) bagi golongan kanan,

ثُلَّةٌ مِّنَ الْاَوَّلِيْنَۙ ۝٣٩

tsullatum minal-awwalîn

(yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu

وَثُلَّةٌ مِّنَ الْاٰخِرِيْنَۗ ۝٤٠

wa tsullatum minal-âkhirîn

dan segolongan besar (pula) dari orang-orang yang kemudian.

وَاَصْحٰبُ الشِّمَالِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الشِّمَالِۗ۝٤١

wa ash-ḫâbusy-syimâli mâ ash-ḫâbusy-syimâl

Golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu.

فِيْ سَمُوْمٍ وَّحَمِيْمٍۙ ۝٤٢

fî samûmiw wa ḫamîm

(Mereka berada) dalam siksaan angin yang sangat panas, air yang mendidih,

وَّظِلٍّ مِّنْ يَّحْمُوْمٍۙ ۝٤٣

wa dhillim miy yaḫmûm

dan naungan asap hitam

لَّا بَارِدٍ وَّلَا كَرِيْمٍ ۝٤٤

lâ bâridiw wa lâ karîm

yang tidak sejuk dan tidak menyenangkan.

اِنَّهُمْ كَانُوْا قَبْلَ ذٰلِكَ مُتْرَفِيْنَۚ ۝٤٥

innahum kânû qabla dzâlika mutrafîn

Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah.

وَكَانُوْا يُصِرُّوْنَ عَلَى الْحِنْثِ الْعَظِيْمِۚ ۝٤٦

wa kânû yushirrûna ‘alal-ḫintsil-‘adhîm

Mereka terus-menerus mengerjakan dosa yang besar.

وَكَانُوْا يَقُوْلُوْنَ ەۙ اَىِٕذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَّعِظَامًا ءَاِنَّا لَمَبْعُوْثُوْنَۙ ۝٤٧

wa kânû yaqûlûna a idzâ mitnâ wa kunnâ turâbaw wa ‘idhâman a innâ lamab‘ûtsûn

Komentar

News Feed