“Kalau ada subsidi itu investasi. Seperti MRT, Pemprov DKI Jakarta mensubsidi Rp800 miliar per tahun, dan nanti bisa mencapai Rp4,5 triliun kalau semua rute selesai. Tapi dampaknya besar bagi ekonomi dan lingkungan,” katanya.
Jokowi turut menyoroti perubahan perilaku masyarakat terhadap transportasi umum. Sejak diluncurkan, MRT Jakarta telah mengangkut 171 juta penumpang, sedangkan kereta cepat Whoosh sudah melayani sekitar 12 juta penumpang.
“Kita patut syukuri, sudah mulai ada pergeseran dari kendaraan pribadi ke transportasi umum. Ini tidak mudah, butuh waktu dan perubahan karakter masyarakat,” ujarnya.
Lebih jauh, Jokowi menilai proyek Whoosh membawa efek berganda (multiplier effect) terhadap perekonomian nasional. Pembangunan stasiun dan koridor baru disebut membuka pusat-pusat ekonomi baru, menggerakkan sektor UMKM, meningkatkan pariwisata, hingga menaikkan nilai properti di sekitarnya.
Sebagai pembanding, Jokowi menegaskan bahwa negara-negara maju juga memberikan subsidi besar untuk transportasi publik. “Di Korea, China, Jepang, bahkan Eropa seperti Paris dan London, subsidi bisa mencapai 50 persen. Jadi ini hal yang wajar,” katanya.
Ia optimistis kinerja keuangan Whoosh akan membaik dalam 5–6 tahun mendatang seiring meningkatnya jumlah penumpang dan peralihan masyarakat dari kendaraan pribadi.
“Tahun pertama pasti belum ideal, tapi kalau penumpang terus naik, kerugian akan semakin kecil. Bahkan, EBITDA-nya bisa positif,” tutur Jokowi.
Proyek Whoosh, menurut Jokowi, bukan sekadar moda transportasi cepat, tetapi simbol kemajuan dan perubahan pola mobilitas masyarakat Indonesia menuju era transportasi modern dan ramah lingkungan.







Komentar