Menurut JAN, catatan kritis itu penting sebagai penyeimbang. “Kepercayaan publik akan tumbuh bila laporan benar-benar ditindaklanjuti secara cepat dan transparan. Polri perlu memastikan sistem aduan ini bukan sekadar tombol digital, tapi pintu nyata menuju tindakan,” kata Romadhon Jasn.
Sejumlah analis keamanan juga mengingatkan soal keamanan data dan privasi. Karena sistem ini melibatkan ribuan mitra dan data geolokasi, perlu kepastian bahwa tidak ada penyalahgunaan informasi oleh pihak ketiga. Di sisi lain, aplikator juga dituntut memperkuat infrastruktur dan dukungan teknis agar laporan tidak gagal dikirim di lapangan.
Meski demikian, langkah Polri tetap mendapat apresiasi luas karena mampu melihat potensi sosial yang besar dalam jaringan ojol. “Ini bukti Polri terus bertransformasi dari lembaga komando menjadi lembaga kolaboratif. Kapolri berhasil menyalurkan semangat keamanan ke tangan rakyat,” tutur Romadhon Jasn.
Bagi JAN, kunci keberhasilan terletak pada dua hal: transparansi dan konsistensi. “Transformasi Polri bukan hanya soal ide besar, tapi soal kesetiaan menjalankan komitmen setiap hari. Jika fitur ini bekerja efektif dan rakyat merasa aman melapor, maka Polri telah menciptakan lompatan besar dalam sejarah keamanan publik,” tutup Romadhon Jasn.
Komentar