Visioner Indonesia juga mengingatkan agar isu identitas dan suku tidak dijadikan komoditas politik yang memperlebar jarak sosial antarwarga di Sulawesi Tenggara.
“Kita ini satu daerah, satu rumah besar. Jangan sampai perbedaan bahasa, logat, atau asal daerah dijadikan bahan saling hujat. Sultra ini kuat karena keberagaman dan semangat kekeluargaan,” lanjutnya.
Di akhir pernyataannya, Visioner Indonesia mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk pejabat publik, tokoh adat, dan generasi muda Sultra, untuk mengembalikan diskursus publik pada nilai-nilai persaudaraan, etika komunikasi, dan kedewasaan sosial.
“Mari kita jadikan peristiwa ini sebagai refleksi bersama agar pejabat lebih berhati-hati berucap, dan masyarakat lebih dewasa dalam menyikapi isu. Visioner Indonesia percaya, Sultra bisa menjadi contoh daerah yang menyelesaikan persoalan dengan dialog, bukan konflik,” tutup Akril Abdillah.
Komentar