Pertamina Satukan Anak Usaha Hilir: Efisiensi Strategis atau Ujian Tata Kelola?

Energi1425 Dilihat

JAKARTA, NUSANTARAVOICE.COM— PT Pertamina (Persero) resmi menyiapkan langkah besar dengan menggabungkan tiga anak usaha hilir: PT Pertamina Patra Niaga, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), dan PT Pertamina International Shipping (PIS). Proses integrasi ini ditargetkan rampung pada akhir 2025 dan diposisikan sebagai jawaban atas tekanan margin pengolahan dan kebutuhan efisiensi operasional di tengah ketidakpastian pasar energi global.

Manajemen Pertamina menyatakan konsolidasi bertujuan menghilangkan duplikasi fungsi, meningkatkan utilisasi aset, dan menyederhanakan rantai pasok hilir dari kilang sampai ke stasiun pengisian. Dalam skenario ideal, sinergi ini akan memangkas OPEX dan CAPEX, mempercepat aliran distribusi, serta memperkuat koordinasi antara produksi, pengapalan, dan distribusi ritel di daerah-daerah terluar.

Manfaat publik yang potensial termasuk pengurangan keterlambatan pasokan, penurunan biaya logistik yang selama ini menambah beban harga akhir, dan peningkatan kesiapan respons terhadap gangguan pasokan. Keunggulan operasional ini juga berpeluang mendorong efisiensi yang kemudian dapat dialokasikan untuk investasi pada program transisi energi dan peningkatan layanan kepada konsumen.

Namun, konsolidasi vertikal juga memunculkan kekhawatiran kompetisi. Penggabungan fungsi kilang, shipping, dan distribusi dalam satu entitas besar berpotensi menimbulkan dominasi pasar yang membatasi ruang bagi pelaku swasta, sehingga KPPU dan DPR diperkirakan akan menuntut kajian kompetisi yang mendalam. Oleh sebab itu, transparansi proses menjadi keharusan agar publik dan pelaku usaha memahami business case dan mitigasi yang disiapkan.

Baca juga:  Kamasta Desak Dirut Pertamina Cubut Izin SPBU Cialam Konawe Selatan

“Penggabungan ini bisa membawa manfaat besar bagi efisiensi energi nasional, tetapi Pertamina harus membuktikan integrasi ini tidak mengorbankan persaingan sehat maupun kepentingan masyarakat luas,” ujar Direktur Gagas Nusantara Romadhon Jasn, dalam rilisnya Kamis (11/9/2025).

Di level teknis, tantangan integrasi tak kalah besar: harmonisasi IT dan ERP, standardisasi SOP, integrasi manajemen keselamatan maritim, serta sinkronisasi kontrak jangka panjang membutuhkan investasi awal dan manajemen perubahan yang matang. Kesalahan eksekusi dapat memicu gangguan layanan sementara atau biaya integrasi yang melebihi proyeksi awal.

Komentar