Thailand dan Kamboja Sepakat Gelar Pembicaraan Damai di Malaysia, Trump Turun Tangan

Internasional3061 Dilihat

BANGKOK – PHNON PENH, NUSATARAVOICE.COM — Setelah empat hari bentrokan bersenjata di perbatasan yang menewaskan sedikitnya 33 orang dan memaksa ribuan warga mengungsi, Thailand dan Kamboja akhirnya sepakat untuk menggelar perundingan damai di Malaysia pada Senin (28/7).

Pertemuan ini akan mempertemukan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet dan Perdana Menteri Sementara Thailand Phumtham Wechayachai, sebagai langkah awal menuju gencatan senjata.

Langkah diplomatik ini terjadi setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump melakukan intervensi langsung dengan menghubungi kedua pemimpin negara pada Sabtu malam. Dalam unggahannya di media sosial Truth Social, Trump menyatakan bahwa kedua negara “telah sepakat untuk segera bertemu dan bekerja cepat menuju gencatan senjata dan akhirnya, perdamaian!”

Sejak pecahnya konflik pada 24 Juli, pertempuran sengit di sepanjang perbatasan Thailand-Kamboja telah menyebabkan puluhan korban jiwa, termasuk warga sipil. Ribuan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka di tengah serangan artileri dan serangan udara.

Kedua pihak saling menuduh sebagai pihak yang memulai bentrokan. Thailand menyatakan konflik dimulai setelah drone militer Kamboja melakukan pengintaian terhadap pasukan Thailand, sementara Kamboja menuding pasukan Thailand melanggar kesepakatan sebelumnya dengan memasuki area kuil suci Khmer-Hindu yang disengketakan.

Baca juga:  China menyambut dengan hati-hati kedatangan ‘pengungsi TikTok’ di RedNote

Trump menegaskan bahwa perdamaian adalah syarat utama untuk melanjutkan negosiasi perdagangan antara AS dan kedua negara tersebut. Jika konflik terus berlanjut, maka mulai 1 Agustus, AS akan memberlakukan tarif impor sebesar 36% terhadap produk dari Thailand dan Kamboja, kecuali ada kesepakatan damai sebelum tanggal tersebut.

Meski begitu, respons kedua negara terhadap ajakan Trump berbeda. Kamboja menyatakan menerima sepenuhnya ajakan gencatan senjata, dengan Perdana Menteri Hun Manet menilai bahwa “mediasi Trump sangat membantu menyelamatkan nyawa banyak tentara dan warga sipil.”

Komentar