Orang Indonesia Ini Bangun Bisnis Senyap, Tapi Kekayaannya 113 Triliun; Tanpa Tambang, Mal atau Bank

Yang membuat Otto unik adalah caranya membangun ekosistem teknologi dari nol bukan sekadar ikut tren. Ia percaya bahwa untuk memperkuat pondasi digital Indonesia, dibutuhkan infrastruktur kuat dan talenta lokal yang kompeten. Karena itu, ia aktif membina anak-anak muda di bidang teknologi dan mendorong lahirnya inovasi dari dalam negeri.

Keseriusan Otto dalam membangun infrastruktur digital berbuah manis. Menurut data Bloomberg dan Forbes Real Time Billionaires edisi Juli 2025, kekayaannya melonjak drastis menjadi sekitar USD7 miliar atau setara Rp113 triliun. Ia kini masuk dalam jajaran orang terkaya di Indonesia dan menempati posisi ke-6 secara nasional. Kenaikan ini didorong oleh kinerja luar biasa DCI Indonesia, yang pada kuartal I-2025 mencetak laba bersih Rp418,84 miliar melonjak hampir 194% dari tahun sebelumnya. Pendapatan tahunan perusahaan pun menembus Rp1,81 triliun.

Namun, lebih dari sekadar angka, yang dicapai Otto adalah bukti bahwa kekayaan besar bisa dibangun tanpa bergantung pada sumber daya alam. Lewat inovasi, kerja keras, dan strategi, Otto menciptakan nilai ekonomi dari sektor yang selama ini dianggap “abstrak” oleh banyak pelaku bisnis lama: teknologi informasi.

Kini, infrastruktur data center yang ia bangun menjadi tulang punggung digitalisasi di Indonesia. Mulai dari perbankan, telekomunikasi, hingga startup teknologi semuanya menggantungkan layanan mereka pada keandalan sistem yang Otto bangun. Dan yang lebih penting lagi, ia menjadikan pengembangan SDM sebagai prioritas, memastikan bahwa generasi mendatang tak hanya menjadi pengguna teknologi, tapi juga penciptanya.

Baca juga:  Trump Percepat Pengumuman Calon Ketua The Fed, Dolar AS Melorot ke Level Tiga Tahun Terendah

Otto Toto Sugiri adalah contoh nyata bahwa kekayaan sejati bisa datang dari pemikiran visioner, bukan eksploitasi. Bahwa di era digital ini, inovasi dan keberanian mengambil risiko bisa membuka jalan menuju puncak bahkan tanpa harus menyentuh tambang, mal, atau bank.

Dan mungkin, dalam beberapa tahun ke depan, julukan “Bill Gates Indonesia” tak lagi cukup. Karena Otto tengah menulis kisahnya sendiri sebagai legenda digital Nusantara.

Komentar