Bagaimana Pasukan Transgender Bersiap Melawan Kebijakan Baru Trump?

Internasional393 Dilihat

“Strategi saat ini adalah membayangkan setiap kemungkinan skenario dan siap untuk menghadapinya,”kata Jennifer Levi, direktur senior hak transgender dan queer di GLAD Law.

Emily Shilling, seorang komandan Angkatan Laut yang memimpin kelompok advokasi SPARTA, mengatakan bahwa para tentara transgender telah mulai bersiap menghadapi kemungkinan pembatasan sejak Mei—jauh sebelum Trump memenangkan pemilu November.

Dalam sebuah lokakarya di akhir pekan, yang diadakan beberapa blok dari Gedung Putih, hampir dua lusin anggota militer transgender berlatih menghadapi skenario bertekanan tinggi, termasuk wawancara yang penuh tantangan, untuk mengajarkan mereka bagaimana memperjuangkan hak transgender jika kebijakan berubah setelah pemilu.

“Kami tidak tinggal diam. Kami sudah bersiap menghadapi yang terburuk,” kata Shilling, yang telah terbang dalam 60 misi di Irak dan Afghanistan selama dua dekade bertugas di militer.

Sejak pemilu, keanggotaan SPARTA meningkat 10% menjadi 2.200 anggota, banyak di antaranya adalah personel senior.

Paulo Batista, seorang analis intelijen Angkatan Laut di San Diego yang bergabung pada 2022, mengatakan bahwa ia mulai melatih prajurit lain untuk menggantikannya jika ia dikeluarkan dari militer.

“Mereka harus siap untuk berkembang dari seorang pelaut baru menjadi seseorang yang dapat berbicara dengan kepemimpinan tertinggi,” kata Batista.

Baca juga:  Trump Kritik Uskup Budde yang Menyerukan Belas Kasih bagi Imigran dan LGBTQ+

Persiapan Hukum Berbulan-bulan

Para ahli hukum dan anggota militer transgender mengatakan bahwa mereka bertekad untuk tidak lengah di periode kedua Trump.

Pada Juli 2017, Trump mengejutkan banyak orang dengan serangkaian cuitan di Twitter (sekarang X), menyatakan bahwa AS “tidak akan menerima atau mengizinkan individu transgender untuk bertugas dalam kapasitas apa pun di militer AS.”

Setelah pemilu 2024, hampir 100 anggota militer transgender atau mereka yang ingin bergabung menghubungi Levi dari GLAD Law untuk menjadi penggugat dalam kemungkinan gugatan.

Shannon Minter dari NCLR mengatakan bahwa pengacara di organisasinya telah berbicara dengan calon penggugat sejak musim panas.

Beberapa penggugat dalam gugatan ini telah bertugas di militer selama puluhan tahun, sementara yang lain masih dalam proses pendaftaran.

Koda Nature, 23 tahun, dari Texas, mengatakan bahwa ia berharap bisa meneruskan tradisi keluarganya dalam dinas militer dan sedang bekerja dengan perekrut untuk bergabung dengan Korps Marinir.

“Jika larangan terhadap individu transgender dalam militer diterapkan, maka Nature tidak akan bisa bergabung dengan Marinir dan meneruskan tradisi keluarga dalam pengabdian militer,” bunyi gugatan tersebut.

Komentar